Jumat, 01 Januari 2016

Sya'ir yang dianggap Berlebihan didalam Kitab Al-Barzanji

Berikut adalah beberapa kalimat kufur dan syirik yang terdapat dalam kitab Barzanji:
Hambamu yang miskin mengharapkan
“Karuniamu (wahai Rasul) yang sangat banyak”
Padamu aku telah berbaik sangka
“Wahai pemberi kabar gembira dan Pemberi Peringatan”
Maka tolonglah Aku, selamatkan Aku
“Wahai Penyelamat dari Sa’iir (Neraka)”
Wahai penolongku dan tempat berlindungku
“Dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpaku”

Saya sebenarnya sangat membenci perdebatan, akan tetapi Allah menggerakkan hati saya untuk membela Kekasih Allah Muhammad SAW dari orang-orang yang merendahkanny.
Makna Qasidah yang dianggap kufur dan syirik, baca dengan hati yang lapang.
يَا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ فَأَغِثْنِي وَأَجِرْنِي
فِي مُلِمَّاتِ اْلأُمُوْرِ يَا غِيَاثِ يَا مَلاَذِ
“Wahai Rasulallah yang menyelamatkan dari Neraka Sa’ir, tolonglah aku dan selamatkanlah aku.Wahai penolongku, wahai tempat berlindungku di dalam segala perkara-perkara yang sulit.”
Kalimat dalam Qasidah diatas banyak sekali dianggap oleh mereka sebagai kata-kata yang menyekutukan Allah. Karena menurut mereka ketiga kata tersebut hanya layak di tujukan kepada Allah dan bukan kepada makhluk.
Ya, jelas sekali itu kalimat kesyirikan, hanya Allah yang mampu menyelamatkan manusia dari neraka,. RASULULLAH TIDAK MAMPU,.
Qasidah diatas adalah kata-kata kesyirikan, menjadikan Rasulullah seolah-olah mempunyai kemampuan yang setara dengan Allah, karena Rasulullah tidaklah mampu menyelamatkan manusia dari Api neraka
Allah, sang Al-Khaliq, adalah Dzat yang dapat memberi manfaat dan madharat, sementara makhluk tidak mempunyai daya apa-apa untuk memberikan manfaat atau madharat kepada orang lain kecuali kepada siapa yang dikehendaki.
Manusia, aku, kamu dan juga Rasulullah SAW diberikan sifat mujir, ghauts dan maladz (bisa memberikan pertolongan atau perlindungan) adalah dalam kapasitas sebagai makhluk (yang diciptakan) dan bukan sebagai Khaliq (Pencipta). Jadi, ada sekat jelas antara kedudukan khaliq dan kedudukan makhluq.
Sekedar contoh, jika kita minta pertolongan atau meminta perlindungan kepada seseorang karena kita sedang kesusahan, apakah berarti kita telah musyrik karena tidak meminta perlindungan langsung kepada Allah?
Atau jika kamu sakit, lantas minta pertolongan kepada dokter apakah itu musyrik ?
Tentu jawabnya tidak karena kita memahami antara kedudukan khaliq dan makhluq diatas.
Jika anda berkeyakinan DOKTERLAH yang menyembuhkannya, maka itu adalah MUSYRIK
Dalam Surat at-Taubah ayat 6 Allah berfirman:
وإنْ أَحَدٌ مِنَ المُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتّى يَسْمَعَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ أَبلِغهُ مَأْمَنَهُ
“Dan jika seseorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya.”
Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa Allah juga memberikan sifat mujir kepada makhluknya. Artinya, kita boleh minta pertolongan kepada manusia dengan kadar kapasitasnya sebagai manusia.
Begitu juga Rasulullah diberikan izin untuk menolong umatnya sekedar kapasitas kemampuan beliau. Termasuk perlindungan Rasulullah di hari qiamat ketika umat berada dalam bencana yang dahsyat di padang mahsyar, yaitu supaya semua makhluk segera dihisab oleh Allah (syafa‘atul ‘uzhma atau maqam mahmud).
Rasulullah memintakan syafaat untuk umatnya supaya tidak disiksa oleh Allah atau syafa’at supaya mendapatkan ampunan dari Allah.
Ya, ini bukti bahwa RASULULLAH TIDAK MAMPU menyelamatkan manusia dari NERAKA, tapi itu adalah Allah saja yang mampu, yaitu dengan memberikan syafaat,
Dalam sebuah hadits shahih riwayat al-Bukhari, dalam Shahih-nya:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ وَقَالَ إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya matahari pada Hari Kiamat telah dekat sehingga keringat manusia akan mencapai separuh telinga. Pada saat itu mereka meminta tolong (ghauts)kepada Adam, kemudian kepada Musa, dan terakhir kepada Muhammad Saw.”
Itulah makna dari Syair diatas, jika kamu menafsirkannya bertolak belakang berarti otakmu dangkal sekali.
Ucapan para penyair yang menulis qashidah mada’ih an-nabawiyyah (puji-pujian Nabi) seperti al-Barzanji, ad-Diba’i dan al-Bushiri dalam al-Burdah adalah tanda kecintaan kepada Nabi SAW tidak menyelisihi dari ajarannya.
Itu adalah penafsiran yang jauh dari kebenaran,.. yang benar, Rasulullah tidaklah mampu menyelamatkan manusia dari neraka, yang mampu hanyalah Allah saja
Selain itu, mereka juga adalah ulama yang sangat dalam keilmuannya, sangat taat dan sangat berhati-hati menghindari hal-hal yang berbau syubhat dan syirik. Apakah penyair-penyair di atas sedemikian bodoh dan hina di matamu ?! Demi Allah, mereka adalah orang soleh!
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَاأَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah; “Jika bapak-bapak, anak-anak,saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggalyang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah 24)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَحَتَّى يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ نَجَّاهُ اللَّهُ مِنْهُ وَلَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Dari Anas Bin Malik dari Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda, “Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga Allah dan rasulNya lebih dia cintai daripada selainnya, dan hingga ia dilempar ke neraka lebih disukainya dari pada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya. Dan tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya atau manusia semuanya”. (HR. Ahmad)
Allah saja memuji rasul SAW dan memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapkan salam penghormatan
Shalawat itu memang Allah perintahkan, dan ga ada hubungan hal ini dengan syair yang menyatakan Rasulullah mampu menyelamatkan manusia dari neraka,
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٥٦﴾
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab; 56)
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَ‌سُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِ‌يصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَ‌ءُوفٌ رَّ‌حِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah;128)
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (4)
(QS. Al-Qalam;4)
وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا.(النساء:113)
“… dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.”
وَرَ‌فَعْنَا لَكَ ذِكْرَ‌كَ
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, (QS. Asy-Syarh; 04)
إِنَّ فِي هَـٰذَا لَبَلَاغًا لِّقَوْمٍ عَابِدِينَ ﴿١٠٦﴾ وَمَا أَرْ‌سَلْنَاكَ إِلَّا رَ‌حْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧
Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah) (106), Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(107)
(QS. Al-Anbiya)
Begitu tinggi pujian Allah kepada Beliau SAW, Maka bila ada pujian-pujian dari manusia biasa yang ditujukan pada Nabi Muhammad SAW, pujian itu tidak ada apa-apanya. Sebab Allah telah memuji dengan dahsyatnya.
Sungguh lisan ini begitu lemah untuk membicarakan keagungannya. Bagaimana kita akan membicarakan seorang makhluk yang telah dipuji oleh Allah Yang Maha Sempurna?
Syeikh al-Islam Ibrahim al-Bajuri dalam muqaddimah Hasyiah Burdahnya mengatakan,
اعْلَمْ أًنَّ مَدْحَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ لَمْ يَتَعَاطَهُ فُحُوْلُ الشُّعَرَاءِالْمُتَقَدِّمِيْن لِأَنّ كَمَالاَتِهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ لاَ تُحْصى وَشَمَائِلَهُ لاَ تُسْتَقْصى فَالْمَادِحُوْنَ لِجَنابِهِ الْعَلِىّ وَالْوَاصِفُوْنَ لِكَمَالِهِ الْجَلِىّ مُقَصّرُوْنَ عَمَّا هُنَالِكَ قَاصِرُوْن مِن أَدَاءِ ذلِكَ
كَيْفَ وَقَدْ وَصَفَهُ اللهُ فى كُتُبِهِ بِما يَبْهَرُ الْعُقُوْل ولا َيُسْتَطَاعُ الَيْه الْوُصُوْلُ فَلَوْ بالغ الأولون والأخرون فىِ إِحْصاءِ مَنَاقِبِهِ لَعَجُزُوا من ضَبْط مَا حَبَاهُ مولاهُ مِنْ مواهبه
“ketahuilah!, bahwa sesungguhnya pujian terhadap Nabi SAW. Tidak akan mampu dilaksanakan oleh para penyair terhebat dan terkemuka sekalipun. Karena sesungguhnya segala aspek kesempurnaan beliau SAW tidak terhitung, dan segala aspek kesempurnaan akhlaqnya tidak sanggup di urai. Maka para pemuji akan kemulyaannya SAW yang tinggi dan segala orang yang mensifatkan semua aspek kesempurnaan beliau SAW yang jelas nyata, mereka akan lemah kepayahan dalam melaksanakannya.
Demikian, mengapa?, karena Allah telah mensifatkan kekasih-Nya itu dalam kitab-kitab yang diturunkan dengan penyifatan yang mencengangkan akal. Tidak akan ada seorangpun yang mampu sampai, walaupun orang-orang terdahulu maupun yang terakhir menghitung-hitung segala sifat-sifat kemulyaan dan kesempurnaan beliau SAW niscaya lemahlah mereka itu dari meneliti dan menentukan segala apa yang telah Allah berikan kepada beliau SAW.”
Kesalahpahaman tentang hadits, “Jangan puji aku secara berlebihan”
Qasidah tersebut bukan pujian, tapi kata-kata kesyirikan,. menyatakan Rasulullah mampu menyelamatkan manusia dari neraka, ini kata-kata yang ngawur
Pujian bagi Rasulullah tidak ada batas, berapapun pujian yang dihaturkan manusia maka Allah ta’ala akan membalas sepuluh kali
Dari Abdurrahman Bin Auf RA berkata :
Aku telah melihat Nabi SAW bersujud sekali yang lama, kemudian beliau mengangkat kepala beliau, maka aku bertanya kepada beliau tentang hal tersebut maka beliau menjawab “Sesungguhnya jibril AS menemuiku dan berkata : Sesungguhnya barang siapa yang bersholawat atasmu Muhammad maka Allah bersholawat atasnya, dan barang siapa yang bersalam atasmu, maka Allah bersalam keatasnya, Nabi bersabda : Berapakah jumlahnya, Jibrill menjawab : sepuluh, maka nabi melanjutkan bersabda “Maka aku bersujud kepada Allah Azza Wajalla sebagai rasa Syukur (Sujud syukur)” (Dikeluarkan dari Ibn Abi ‘Ashim dan ismail)
Sering kita mendengar propaganda yang melarang umat Islam memuji Nabi Muhammad saw. Di antara ucapan mereka yang tidak suka dengan amalan kita adalah, “Kita umat Islam tidak boleh mengkultuskan Rasulullah, tidak boleh memuji dan menyanjungnya secara berlebihan. Karena perbuatan itu merupakan bentuk kemusyrikan.
Mereka berpendapat seperti itu karena melihat hadist hanya sekilas teks sehingga terjadi pemahaman yang salah tentang itu.
Ini adalah tuduhan keji dan fitnah yang berat bagi para pecinta Nabi Muhammad saw. Orang-orang itu tidak mengetahui makna dan tujuan hadist, sehingga pemahamannya salah.
Rasulullah bersabda:
لا تطروني كما اطرت النصارىابن مريم فانما انا عبده فقولوا عبد الله ورسوله
“Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka ucapkanlah, “Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Tidak sedikit para sahabat yang memuji-muji Nabi SAW dengan pujian indah dan tinggi. Di antaranya adalah pujian yang disampaikan sahabat Hassan bin Tsabit :
واحسن منك لم تر قط عيني   #  واجمل منك لم تلد النساء
خلقت مبرأ من كل عيب    #   كأنك قد خلقت كما تشاء
Yang lebih baik darimu, belum pernah mataku memandangnya
Yang lebih indah darimu, belum pernah pernah dilahirkan oleh para wanita
Engkau diciptakan terbebas dari segala kekurangan
Seolah engkau tercipta dengan sekehendakmu sendiri
Sahabat Sariyah pun pernah memuji Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
فما حملت من ناقة فوق ظهرها … أبر وأوفى ذمة من محمد
“ Tidak ada seeokor unta pun yang membawa seseorang di atas punggungnya, yang lebih baik dan menepati janjinya daripada Muhammad “
Dari Abdullah bin Amr bin Ashz ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila kamu mendengarkan muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku karena barang siapa yang bershalawat atasku sekali saja, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintakanlah untukku al-Wasilah, sesungguhnya ia adalah kedudukan di Surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap agar hamba tersebut adalah aku, barang siapa yang meminta kepada Allah al-Wasilah untukku, maka berhak atasnya syafaat.” (HR. Muslim)
“جاء من حديث أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطت عنه عشر خطيئات ورفعت له عشر درجات
رواه الإمام أحمد (11587) و النسائي (1297) ـ و اللفظ له ـ بإسناد حسن”
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah bersholawat kepadanya 10 kali shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan ditinggikan baginya 10 derajat.” (HR. Imam Ahmad dan an-Nasa’i, )

Selasa, 15 Desember 2015

Firqah Islam

 Hasil gambar untuk khalifah 
Sejarah ummat Islam sepeninggal Rasulullah SAW ditandai dengan munculnya berbagai golongan, kelompok dan aliran. Kemunculan golongan, kelompok dan aliran tersebut dilatar belakangi oleh persoalan politik yang menyangkut pembunuhan terhadap khalifah Usman bin Affan yang berbuntut penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Peristiwa ini berlanjut dengan terjadinya perang “Shiffin” (37 H/657 M) antara tentara Muawiyah dengan tentara khalifah Ali bin Abi Thalib yang berakhir dengan keputusan “tahkim”. Tahkim adalah gencatan senjata (arbitrase) antara pihak Ali dan Mu’awiyah, untuk selanjutnya menetapkan siapa yang berhak menjadi khalifah melalui perundingan.
Sikap Khaliah Ali bin Abi Thalib yang menerima keputusan tahkim tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka memandang bahwa sikap tersebut merupakan kesalahan, sehingga mereka keluar dari barisan khalifah Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarah mereka dikenal sebagai kelompok “Khawarij” (orang-orang yang memisahkan diri). Di samping itu masih banyak tentara yang setia kepada khalifah Ali bin Abi Thalib. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai kelompok “Syiah”.
Selama kurun waktu pemerintahan Daulah Umayyah, muncul beberapa firqah dikalangan umat Islam yang antara satu dengan lainnya saling bertentangan dan sulit dikompromikan. Mereka berusaha untuk mengenbangkan dan membentengi firqah (kelompok)nya dengan merumuskan alasan-alasan (Hujjah) yang diambil dari pemahaman atau penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadist-hadist Rasulullah SAW. 
 Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.


Di dalam buku Bugyatul Mustarsyidin karangan Mufti Sheikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, yang terkenal dengan gelar Ba’Alawi, cetakan Mathba’ah Amin Abdul Majid Kairo (Mesir) tahun 1960M/1381H, halaman 398, bahwa 72 firqah yang sesat itu bertumpu pada 7 firqah yaitu :
  1. Faham Syi’ah, kaum yang berlebih-lebihan memuja Saidina Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak mengakui Khalifah Rasyidin yang lain seperti Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Khalifah Umar Ibnu Khattab dan Khalifah Utsman bin Affan. Kaum Syi’ah terpecah menjadi 22 aliran. Termasuk pengikut Syi’ah adalah Kaum Bahaiyah dan Kaum Ahmadiyah Qad-yan.
  2. Faham Khawarij, yaitu kaum kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan di antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir. Kaum Khawarij terpecah menjadi 20 aliran.
  3. Faham Mu’tazilah, yaitu kaum yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam surga, orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan mi’raj Nabi Muhammad SAW hanya dengan roh saja, dll. Kaum Mu’tazilah terpecah menjadi 20 aliran, termasuk di antaranya adalah Kaum Qadariyah.
  4. Faham Murjiah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat jika sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan kebajikan tidak bermanfaat jika kafir. Kaum ini terpecah menjadi 5 aliran.
  5. Faham Najariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yaitu dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah terpecah menjadi 3 aliran.
  6. Faham Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia “majbur”, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. Kaum ini hanya 1 aliran.
  7. Faham Musyabbihah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga dll. Kaum ini hanya 1 aliran saja. Kaum Ibnu Taimiyah termasuk dalam golongan ini, dan Kaum Wahabi adalah termasuk kaum pelaksana dari faham Ibnu Taimiyah.

Jika ditambah dengan 1 aliran lagi yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah maka menjadi 73 firqah.

Sekalipun terdapat beberapa perbedaan pendapat yang melahirkan beberapa firqah dan aliran, baik dalam bidang politik, kepercayaan (akidah), maupun fikih, namun umat Islam tetap sepakat (tidak terjadi perselisihan) dalam hal-hal berikut ini :
a.       Keesaan Allah
b.       Kedudukan Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah
c.       Kedudukan al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
d.       Rukun-rukun Islam (shalat lima waktu, puasa, zakat, haji)
e.       Hal-hal yang ditentukan oleh agama secara pasti (qath’i) dan jelas, seperti: haram memakan daging babi, bangkai, minum minuman keras, zina dan lain-lain